Gapura Paduraksa Masjid Loram. Didirikan oleh bapak angkat sunan hadirin dan Tradisi ngubeng gapura

Kesini saya saat masih kuliah di tahun 2014, setelah pulang dari masjid menara agung bersama handi dan akan pulang ke solo melewati jl agil kusumadya di jalur lambatnya dan melihat penunjuk arah yang bertuliskan cagar budaya gapura paduraksa akhirnya kami sepakat menuju tempat itu. dari jalan besar mentok ke kiri dan ada petunjuk kekanan menuju gapura 500m. dekat sini ada museum kretek, aku belum pernah kesana.

Desa loram saat saya kesini masih menjadi desa wisata rintisan, dan yang kuinget ada patung bandeng di batas desa dan juga ada patung tas. setelah 500m berjalan ada pertigaan dan ambil kanan sejauh 200m disini ada plang penunjuk juga. jalan mengecil karena masuk kedaerah pemukiman warga. lurus terus sampai mentok ada perempatan yang ditengahnya ada lampu penerangan jalan sampai 2024 lampu itu masih ada. dari sana ambil arah kanan dan masjid sudah terlihat.

Jalan menuju masjid cukup luas. kami cukup senang dan sedikit terkejut karena yang kami pikirkan masjid lama dengan gaya jawa, tapi yang ada masjid modern dan sepertinya baru di renovasi pada tahun itu. gerbang masjid wali loram hampir mirip dengan gapura masjid menara kudus. tersusun dari ratusan batu bata dengan tinggi 4 meter. gapura ini bagian pintunya terbuat dari kayu jati. gapura loram sudah banyak perubahan saat di renovasi di tahun 1996 menurut kemendikbud.

Masjid wali loram sampai sekarang masih berfungsi sebagai tempat ibadah seperti fungsi awalnya. masjid ini didirikan oleh muslim tionghoa bernama Tji Wie Gwan atau dikenal dengan nama Sungging bandar duwung, gelar ini didapat karena Tji wie gwan sangat ahli dalam hal seni pahat dan seni ukir, ukiran di dinding masjid astana mantingan dibuat oleh Tji wie gwan, kalau diartikan gelar nama beliau menjadi Sungging yang berarti memahat, Badar yang berarti batu dan Dwuwung yang berati tajam. Tjie wie gwan juga dikenal sebagai ayah angkat dari sunan hadirin.

Masjid wali loram di bangun oleh Tjie wie gwan atas perintah langsung Sunan Kudus, tujuannya untuk menyebarkan agama islam kepada masyarakat sekitar yang dilakukan atas perintah sunan kudus. menurut BPCB Jateng strategi Tji wie gwan untuk mengambil simpati masyarakat sekitar dalam penyebaran agama islam dengan cara membangun gapura, cara ini dilakukan karena masyarakat desa loram masih kental denga hindu budha, gapura loram juga digunakan untuk menghormati masyarakat yang masih memeluk hindu budha.

Gapura loram memeiliki nilai sejarah yang penting untuk perkembangan sejarah islam di pulau jawa, toleransi antar umat agam terasa kental digambarkan oleh gapura ini, bangunan terbuat dari bahan batu bata yang menyerupai bangunan keagamaan sebelum islam seperti hindu dan budha menurut BPCB jateng

Tradisi Ngubengi Gapura dilakukan oleh masyarakat desa loram yang sudah menikah dengan cara memutari gapura satu kali, dimulai dengan pintu yang diselatan sampai pintu yang diutara dengan membaca " Allahumma Baarik lana bil Khoir" yang artinya ya allah, berkahilah kami dengan kebaikan. tradisi ini berawal dari perintah sunan hadirin yang memerintahkan untuk  setiap orang yang mempunyai hajat nikah dianjurkan memutari gapura masjid wali loram untuk mendapat doa dari sunan hadirin.

Untuk tradisi lain seperti pintu tengah dibuka hanya setahun sekali di tanggal 12 rabiul awal. tradisi sega kepel dilakukan saat masyarakat punya hajat membuat rumah, nikahan, sunatan, dan lain lain sega kapel adalah nasi yang dibentuk bulat dan dikepel-kepel dilengkapi dengan lauk bothok tempe, tahu, yang jumlahnya tujuh.

Selain itu juga ada larangan di gapura masjid wali loram seperti dilarang berkata kotor kepada gapura masjid loram, dilarang memutari gapura dengan lawan jenis yang belum sah suami-istri, dilarang membuka dan melewati pintu gapura tengah, dilarang memelihara kuda plangka yang mirip dengan sunan hadirin, dilarang  merubah  jumlah  sega kepel dan lauk bothok.

Tradisi ini wajib untuk masyarakat loram tapi tidak wajib untuk pendatang tapi semua balik lagi kepada kepercayaan masing-masing. terimakasih sudah membaca.

Sumber:

    Anwar Hidayat. 2017. Gapura Loram Sebagai Wujud Toleransi Antar Umat Beragama

    Lukhi Ambarwati. 2012. TRADISI GAPURA MASJID WALI  DI DESA LORAM KUDUS

Comments