Bandar Beton, Sudah Ada Jaman Pajang?

bengawan solo salah satu sungai besar di pulau jawa dengan panjang 549 km dari kabupaten wonogiri hingga ke kabupaten gresik. bengawan solo dulu bernama bengawan beton ada juga yang menyebutkan bengawan semanggi, di desa sala ada pelabuhan nusupan dan beton. pelabuhan beton dipimpin oleh kepala desa sala yaitu kyai gede sala dan punya kewenangan menraik pajak disana karena saking terkenal desa sala berubah lah nama bengawan beton/ semanggi menjadi bengawan solo

penyebutan bengawan beton/ semanggi karena menjadi bandar besar terakhir kalau kita dari berangkat dari hilir. dari wonogiri sampai gresik terdiri dari 44 bandar sungai. sungai ini menghubung daerah pedalaman jawa dengan dunia luar. pelabuhan beton ini dipercaya sudah ada di jaman pajang  yang berkaitan dengan jaka tingkir dan juga ada yang bilang sejak jaman majapahit

pelabuhan beton saat menjadi wilayah kekuasaan kartasura menjadi pelabuhan yang cukup ramai dan besar. saat masa surakarta banyak pabrik batik di dekat pelabuhan beton, banyak saudagar batik di beton, banyak juga saudagara batik laweyan yang menitipkan dagangannya di beton supaya diperdagangkan oleh pelayar bengawan menuju jawa timur. cerita tentang hilir bengawan solo di pulau mengare

saya jarang jelajah ke daerah timur solo, kesini baru tau saat mengikuti laku kampung sewu yang  digagas komunitas blusukan solo/ laku lampah. ternyata di kampung sewu mempunyai banyak situs  sejarah salah satunya bandar beton

kampung sewu terkenal dengan tradisi sebaran apem sewu di tempuran benagawan solo dan kali pepe kalau sekarang ditempat baru yang gak jauh dari tempat lama. ribuan apem disusun seperti gunungan dan di doakan oleh sesepuh desa stelah itu diperbutkan warga.  kampung sewu sendiri toponomi dari orang yang pernah tinggal disitu yaitu abdi dalem kraton solo, adbi dalem panewu yang bertugas mengurus prajurit, ada yang bilang juga kampung sewu dinamakan begitu karena banyak kampung

di bandar beton ini ada perahu yang mengantarkan kita kesebrang yang sudah bukan kota solo lagi tapi desa gadingan kecamatan mojolaban sukoharjo, katanya perahu ini sudah ada sejak  jaman pakubuwono V. perahu ini menyebrang menggunakan tambang waktu itu yang narik udah sepuh tapi masih kuat dan bapak ini juga sering menceritakan hal lucu, dan dia udah sering diliput oleh tv

untuk harga cukup murah daripada mutar terlalu jauh untuk sepeda motor dikenakan 2000, sepeda onthel 1500 sedangkan jalan kaki 1000. perahu ini beroperasi 24 jam katanya kalau malam ada yang shift malam karena jam 2 pagi ramai yang menggunakan jasa perahu ini  untuk pergi ke pasar. saat kesini juga melihat ibu ibu membawa kerupuk karak. 
foto oleh www.jimmyauw.com

bandar beton ini juga dijadikan cover album oleh musisi kroncong pak gesang dengan lagu bengawan solo riwayatmu kini. kalau tidak salah sekarang perahu tidak digunakan lagi diganti dengan jembatan sesek (bambu) 


Comments