Monumen ini udah pernah tak baca tulisannya tapi gak tau, dan baru tau juga saat ingin ke pemandian air panas tirta pablengan melalui karangpandan. saat melewati jalur karangpandan- matesih saya melihat diujung jalan ada monumen berbentuk persegi panjang seperti monumen pasar nongko dan sama sama ditempel dengan kramik marmer.
Monumen yang membahas jokosongo ada dua, awalnya yang kutahu cuma monumen di desa doplang jalan karangpandan- matesih tapi ada satu lagi dengan nama yang sama di deket pasar matesih. jika monumen di desa doplang menceritakan tentang saat kejadian bentrok dengan pasukan belanda sedangkan monumen di pasar matesih ialah bekas makam para pejuang tersebut
Untuk sejarahnya para pelajar pejuang dari berbagai satuan di gabungkan dalam satu sekolah yang diberi nama SMA Peralihan yang mengkhususkan untuk pelajar pejuang. saat pasukan belanda memasuki kota solo, kepala sekolah sunaryo menyuruh anak anaknya untuk pergi ke matesih dengan berjalan kaki. di matesih sunaryo dengan panggilan naryo membentuk pasukan baru dengan jmlah 60 orang dan diberi nama "TP Nardjo".
Saat di matesih pasukan ini sangat aktif mengganggu pasukan belanda yang melintas solo- tawangmangu karena di daerah ini ada markas tentara belanda. untuk senjata mereka punya berbagai macam senjata dan ditambah senjata hasil melucuti pasukan semut ireng yang menjaga pabrik tasik madu
pada 5 januari 1949 pasukan ini berhasil menghentikan dan menembaki konvoi pasukan belanda di jalan antara karangpandan dan tawangamangu. merasa berhasil menyerang konvoi pasukan belanda, pasukan naryo kembali ke pasukan induk di matesih. ada satu regu yang berjumlah 9 orang berjalan dengan santai dan tidak sungkan untuk menolak minum dan makanan dari warga sekitar yang masih dekat dengan lokasi pencegatan
Strategi perang gerilya adalah ''Hit and Run'' seharusnya setelah melakukan penyerangan langsung mundur tapi ini tidak dilakukan untuk regu yang tertinggal dan menjadikan kesalahan fatal. pasukan belanda datang ke desa doplang dengan senjata yang lebih baik, mereka berjalan kaki dan menyebar di persawahan. regu yang tertinggal terkepung oleh pasukan belanda dan tak bisa berlindung karena berada di persawahan terbuka. mereka mencoba bertahan tapi mereka kalah dalam senjata dan posisi.
Gugur lah 9 orang pejuang dari tentara pelajar naryo. jenazah mereka dibawa oleh masyarakat ke matesih dan dimakam kan deket dengan pasar matesih. makam ini diberi nama JOKO SONGO, jika diartikan berarti 9 perjaka karena mereka gugur saat belum menikah
Bagaimana kisah dengan sisa pasukan TP Naryo, sisa pasukan menarik diri dari pimpinan sunaryo dan bergabung dengan pasukan mayor achmadi (detasemen II) dan digabungkan di seksi I kompi II, seterusnya melakukan tugas hingga demobilasi
Saat di matesih pasukan ini sangat aktif mengganggu pasukan belanda yang melintas solo- tawangmangu karena di daerah ini ada markas tentara belanda. untuk senjata mereka punya berbagai macam senjata dan ditambah senjata hasil melucuti pasukan semut ireng yang menjaga pabrik tasik madu
pada 5 januari 1949 pasukan ini berhasil menghentikan dan menembaki konvoi pasukan belanda di jalan antara karangpandan dan tawangamangu. merasa berhasil menyerang konvoi pasukan belanda, pasukan naryo kembali ke pasukan induk di matesih. ada satu regu yang berjumlah 9 orang berjalan dengan santai dan tidak sungkan untuk menolak minum dan makanan dari warga sekitar yang masih dekat dengan lokasi pencegatan
Strategi perang gerilya adalah ''Hit and Run'' seharusnya setelah melakukan penyerangan langsung mundur tapi ini tidak dilakukan untuk regu yang tertinggal dan menjadikan kesalahan fatal. pasukan belanda datang ke desa doplang dengan senjata yang lebih baik, mereka berjalan kaki dan menyebar di persawahan. regu yang tertinggal terkepung oleh pasukan belanda dan tak bisa berlindung karena berada di persawahan terbuka. mereka mencoba bertahan tapi mereka kalah dalam senjata dan posisi.
Gugur lah 9 orang pejuang dari tentara pelajar naryo. jenazah mereka dibawa oleh masyarakat ke matesih dan dimakam kan deket dengan pasar matesih. makam ini diberi nama JOKO SONGO, jika diartikan berarti 9 perjaka karena mereka gugur saat belum menikah
Bagaimana kisah dengan sisa pasukan TP Naryo, sisa pasukan menarik diri dari pimpinan sunaryo dan bergabung dengan pasukan mayor achmadi (detasemen II) dan digabungkan di seksi I kompi II, seterusnya melakukan tugas hingga demobilasi
Comments
Post a Comment