Melihat Instagram ada yang
mosting tentang pamera estetika magis yang di selenggarakan pada tanggal 14
juli sampai 2 agustus di museum sunobudoyo unit 3. Posisiku waktu itu masih di
Surabaya, tak belain datang langsung ke jogja. Niat awalku ingin naik bis tapi
setelah dipikir ulang rasanya akan menarik kalau menggunakan motor. Dan
akhirnya aku menggunakan motor dari surbaya sampai di jogja, aku gak langsung
menuju jogja tapi nginep di solo dulu untuk menemui temen semasa kuliah. Aku
berangkat hari sabtu jam 10.28 dan sampai solo jam 17.30 itu pun banyak
berhentinya di solo menginap satu hari di tempat wahyu dan start lagi ke jogja
jam 09.00 dan sampai 11.20 agak lelet karena makan soto batok dulu di belakang
candi sambi sari
Sampainya di deket alun alun utara
jogja aku sudah janjian dengan ainul yang sudha sampai duluan di museum
daripada aku dan wahyu. Jadi totalnya kami berempat karena ainul datang dengan
ceweknya, kami disuruh masuk kedalam pameran. Dipintu masuk ada dua sesajen
untuk menambah kesan magis
Pameran ini menampilkan lukisan
dan sketsa dari Genevieve Couteau pelukis wanita perancis. Beliau sudah menampilkan lebh dari
serratus pameran pribadinya di perancis, swiss, yunani, jerman, itali dan
amerika dia juga menulis pengalamannnya di laos : memoire du laos (segher
1987). Fokus karya utamanya di asia
adalah figurasi manusia. Genevieve melihat kenyataan dengan mata wanita , yaitu
dia melihat kaumnya dengan cara yang berbeda dengan pelukis pria. Genevieve
juga mennaggapi tentang laos dan bali sebelum di rombak oleh modernisasi. Di
bali penduduk masih berjalan dengan kaki dan wayang masih menjadi sarana budaya
utama “semuanya” adalah teater, music, alam dan keanggunan (katalog pameran
Estitika Magis, 2018)
Di pameran ini bukan hanya
tentang lukisan dan sketsa, di pameran ini di pamerkan juga peralatan upacara
dan koleksi benda- benda kuno yang menuntun imaji menuju nuansa masa lalu.
Beberapa karya hitam putih yang mengungkap figure pendeta bali tidak saja ingin
berbicara prosesi keagamaan melainkan ingin mengungkap nilai religiusnya
disitulah pertemuan ‘suasana magis ‘ yang dapat diaktakan sebagai pertemuan
‘Estetika Magis’ karya seni klasik dan karya seni modern
Perpaduan lukisan dengan koleksi
benda cagar budaya milik museum sunobudoyo membuat makin menarik ditempatkan
juga ogoh ogoh ditengah ruang pameran. Menurutku masterpiece dari pameran ini
gambara ubud mangku dan ubud mangku 2 yang tergambarkan sebagai pendeta
keagamaan. sehabis ruang tengah ada juga wayang dan juga buku Genevieve di laos.
Mangku Ubud |
Sekian tulisan dari saya….
Comments
Post a Comment