PAMERAN KARTUN GM SUDARTA “OOM PASIKOM” (50 Tahun Kesaksian Oom pasikom)



Balai sujatmoko pada tanggal 19-23 juli sedang melakukan pamerna kartun oom pasikom, pembukaan pameran dilaksanakn pada 18 juli karena kurang info saya datang pada tanggal 19nya jadi gak bisa ketemu dengan kartunis oom pasikom yaitu GM Sudarta.


PAMERAN KARTUN GM SUDARTA “OOM PASIKOM” (50 Tahun Kesaksian Oom pasikom)

Bagi yang sering baca harian kompas pasti sudah tidak asing dengan oom pasikom, lewat oom pasikom pula nama GM sudarta menjadi terkenal. sudah 50 tahun di harian kompas , tepatnya sejak  april 1967, jika kita melihat kartun dari oom pasikom seperti menyindir pemerintah dengan secara halus dan lucu melalui kartun. jika dulu iwan fals menyindir pemerintah dengan lagu, GM Sudarta menyindir menggunakan kartun.

Bentar budaya sebagai penyelenggaran pameran di balai sujatmoko solo, memamerkan 130 kartun pilihan karya GM Sudarta yang diambil dari berbagai masa sejak 1967 hingga 2017. GM Sudarta sudah menerbitkan 3000 buah kartun editorial yang mewakili sikap suratkabar, belum juga karya sketsa social beliau. oom pasikom dikerjakan oleh satu orang sama seperti kartunis Pramono dengan tokoh “keong” di koran sinar harapan dan kemdian suara pembaharuan. tokoh “mang ohle” di koran pikiran rakyat dikerjakan sedikitnya oleh 4 orang kartunis dari masa yang berbeda.


Awal nama Oom Pasikom berawal dari bapak Adisubrata dengan cara mengulang SI KOMPAS berkali-kali: ….SI KOMPASSI KOMPASSI KOMPAS…. sampai akhirnya menemukan penggalan PASIKOM, dan membubuhkan nama panggilan OOM. kenapa tokoh si oom suka menggunakan jas dan topi baret, karena banyak orang di upacara menggunakan jas walaupun panasnya bukan main memang kebanyakan orang menggunakan jasa daripada batik. maka jadi lah si oom menggunakan jas walaupun jas itu tamabalan. sedangkan topi baret digunakan karena si oom ingin tampil seperti pemain golf professional tapi tidak kesampaian karena kurang kaya.


Pada tahun 70an sebuah penerbit perancis mengulas tentang pers Indonesia termasuk kartunnya. dibilang kalau oom pasikom tidak mengambarkan Indonesia melainkan ke barat-baratan. langsung dibalas oleh GM Sudarta “dimana di dunia ini yang tidak kebarat-baratan ? kalau oom pasikom mengenakan blankon, kopiah, atau songgok, sepertinya hanya mencerminkan golongan tertentu. pokoknya oom pasikom universal lah”.


GM Sudarta sudah membuat kartun sejak pada jaman pak Suharto, bayangkan bagaimana susahnya membuat karya yang menyindir penguasa dijaman itu. GM sudarta juga memiliki trauma saat kartunnya terbit di kompas, 12 juli 1967. untuk melukiskan betapa criminal sudah mencengkram masyarakat, beliau menggambarkan orang bertubuh besar berlabel garong dan namun kepalanya berupa kepalan tangan. tiba-tiba pagi itu muncul sebuah panser didepan bangunan kompas di pintu besar selatan, dan turun lah 4 orang pria berambut cepak, mendatangi redaksi, bertanya dengan keras: apa maksud dari kartun itu? ternyata gambar kepalan tangan adalah symbol kesatuannya. dengan tenang pak jakob menghadapinya dan menjelaskan kesalah pahaman tersebut. sementara pak GM Sudarta duduk dibelakang kantor redaksi, merasa kecut dan kebelet buang air kecil.
 
Setalah Kompas Di Bredel 2 Minggu
Pada tahun 1978 kompas diberedel atau dilarang terbit selama dua minggu. saat kompas terbit kembali GM Sudarta menampilkan karikatur yang cukup besar di halaman depan, gambar bidang kosong dan Oom Pasikom muncul kecil saja di susudt bawah dengan mengucapkan “selamat pagi!” hasilnya? teguran dari dapertemen penerangan dengan tuduhan meledek. 


Karikatur di negara kita cukup penting, signifikan kata orang sekarang. peralihan dari masa Orde Baru, Neo Baru, sampai Orde Reformasi ini, rupanya tetap mencerminkan ketidak berdayaan kita menghadapi penguasa maupun pembesar kita. Khusus dimasa Orde Baru pak GM Sudarta memiliki rumus yang ‘’absurd’’: Karikatur yang baik bisa membuat penguasa tersenyum, karena dia tidak marah, karena dia mau membaca koran kita. karikatur yang baik harus membuat senyum masyarakat yang terwakili aspirasinya, dan senyum karikaturisnya karena tidak takut ditangkap. dimasa Reformasi ini, ketakutan yang melanda karikaturisnya adalah tidak bisa membuat senyum siapa siapa. ini karena perang besar para elite politik, isu primordial, provokasi dan hasutan, radikalisme dan segala macam intrik, silent majority yang merasa lebih baik diam, termasuk karikaturistiknya dan korannya.

“Dengan kartun kita berteriak dalam bisikan bahwa ada yang perlu diperbaiki, sebelum kita terlambat”- professor Yasuo Yoshitomi

Refermsi
Efix Mulyadi dan Ipong Purnamashidi. Pemukul Lonceng Bahaya Dari Klaten
GM Sudarta. Perjalanan Panjang Dengan Berteriak Dalam Bisikan

Comments

  1. ahh ya, dari dulu saya selalu suka karikatur karya beliau, sindiran sarkastis yang menarik dan meyegarkan untuk disimak

    ReplyDelete

Post a Comment